Minggu, 14 Februari 2016

Kecewa

Saat hati teriris luka
Kecewa yang terasa
Airpun terasa payau dan getir terasa
Perlahan warna warni kecerian pudar
Tertetesi butiran air mata kecewa
Waktu tertahan
Potret muram wajah yang memalingkan kebahagiaan
Seakan berkata jangan tatap wajah ini
Suram dan kelabu yang nampak
Seberkas harapan dikumal begitu saja
Dicampakkan dan dibuang percuma
Adakah yang perduli?
Bahkan hanya untuk sekedar bertanya “ada apa?”
Percuma kurasa
Waktu yang tertahan kini kembali berjalan
Membawa serpihan kenangan itu pergih bersamanya
Terseok seok dengan kaki yang pincang sebelah
Bukan memaksakan hanya saja
Itu yang mampu untuk kulakukan
Bukankan semua sudah terjadi
Tak mampu lagi diri untuk menghindar
Apalagi untuk berkata tidak
Haruskahku selalu sedih
Atau malah harus ku marah dan kulampiaskan seluruhnya
Itu bukan hal yang benar untuk dilakukan
Cukup saja diri yang menerima kenyataan itu pergi bersamanya
Bukan sebagai suatu yang harus ditakutkan
Namun sebagai salah satu pembelajaran pendewasaan
Bukan untuk dibalas
Namun untuk dibuktikan bahwa aku bisa lebih baik
Api yang dibalas api tidakkan berkesudahan
Hanya akan membakar habis semua
Bahkan kebaikan dihati akan hangus
Menjadi abu dan terbakar habis
Saat kau menyadari itu
Semua terlambat
Yang ada hanya sendirian

Ditengah-tengah puing-puing masa lalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar